WahanaNews-Kaltara | Inflasi Indeks Harga Konsumen atau IHK Kalimantan Utara tercatat 0,50 persen secara mounth to mounth (mtm). Angka persentase ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 0,66 persen, meskipun lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya 0,10 persen.
Artinya, IHK) Provinsi Kalimantan Utara pada Desember 2022 terkendali dan masih berada di bawah prakiraan awal. Adapun Dua kota penyumbang IHK Kalimantan Utara yaitu Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dan 0,19 persen.
Baca Juga:
Kendalikan Inflasi, Kemendagri Minta Pemda Segera Beri Insentif Fiskal PBBKB
Ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi (KPwBI) Kaltara, Tedy Arief Budiman kepada awak media. Kemudian untuk realisasi inflasi terjadi terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
“Ini sejalan dengan pola musiman Hari Raya Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal Tahun 2022 dan Tahun Baru 2023 serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang dipengaruhi kenaikan harga emas global,” beber Tedy Arief Budiman.
Tedy Arief Budiman melanjutkan, di sisi lain, kelompok transportasi mengalami deflasi sejalan dengan penambahan rute penerbangan dari Kaltara. Dengan perkembangan tersebut, Inflasi Kalimantan Utara secara tahunan mengalami penurunan tekanan inflasi menjadi 4,74 persen secara years on years (yoy) dari sebelumnya 5,24 persen.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
“Inflasi Kaltara tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,51 persen. Sejalan dengan itu, Kota Tarakan juga mengalami penurunan tekanan inflasi sebesar 3,93 persen dari sebelumnya sebesar 4,24 persen,” ujar Tedy Arief Budiman.
Dari capaian inflasi tersebut menjadikan Kaltara dan Tarakan menjadi daerah dengan inflasi terendah se-Kalimantan, serta ke-5 dan ke-4 secara nasional, masing-masing untuk kategori provinsi dan kabupaten dan kota.
Sedangkan lanjut Tedy Arief Budiman, Tanjung Selor tercatat mengalami inflasi sebesar 7,98 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 9,20 persen secara yoy.
“Kondisi inflasi yang mengalami perbaikan signfikan ini sejalan dengan gencarnya upaya pengendalian Inflasi yang dijalankan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik provinsi, maupun kabupaten atau kota di wilayah Kaltara. Kegiatan pengendalian inflasi yang merupakan sinergitas antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, instansi vertikal, dan pelaku usaha di Kaltara,” ujarnya.
Di antara lain, operasi pasar murah, pemantauan harga, sidak pasar, pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah (KD), dan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terbukti mampu meredam tekanan inflasi pada tahun 2022.
“Bank Indonesia, akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah dan mitra strategis lainnya, mendorong inovasi dalam rangka menjaga kestabilan harga sehingga mendukung daya beli masyarakat dan turut mendorong pemulihan ekonomi,” bebernya.
Lebih detail dipaparkan Tedy Arief Budiman, inflasi pada bulan Desember 2022 terutama disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 1,66 persen.
Kemudian inflasi secara bulanan tersebut terutama disebabkan oleh andil inflasi pada komoditas daging ayam ras sebesar 0,18 persen, sawi hijau 0,07 persen, tomat 0,04 persen, dan telur ayam ras 0,04 persen.
“Kenaikan harga yang terjadi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan ternak, sedangkan kenaikan harga pada komoditas sawi hijau dan tomat disebabkan oleh tidak optimalnya panen akibat tingginya curah hujan pada bulan laporan,” ujarnya.
Kemudian, naiknya harga pada komoditas-komoditas tersebut secara umum juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang momen Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Natal 2022 dan Tahun baru 2023.
Selanjutnya kata Tedy Arief Budiman, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memberikan andil 0,07 persen dan mengalami peningkatan tekanan inflasi sebesar 0,95 persen.
Tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh komoditas emas perhiasan dengan andil Inflasi 0,07 persen sejalan dengan meningkatnya emas global.
“Tekanan Inflasi tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dari yang sebelumnya 0,09 persen menjadi deflasi sebesar 0,15 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya harga angkutan udara seiring dengan semakin bertambahnya rute penerbangan di Bandara Juwata Tarakan serta dampak normalisasi kebijakan penyesuaian harga BBM,” pungkasnya.[ss]