WahanaNews-Kaltara | Menteri BUMN Erick Thohir memastikan bahwa upaya pembentukan holding-subholding pada PT PLN (Persero) berefek menguatkan perusahaan.
Erick juga menegaskan pembentukan holding-subholding bukanlah upaya untuk meliberalisasi PLN.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
"Tak mungkin saya dukung holding untuk memperlemah PLN. Bukan juga saya dukung jadi mau liberalisasi kepada kelistrikan dan PLN, ini memperkuat PLN," ungkap Erick Thohir dalam pertemuan dengan Serikat Pekerja yang disiarkan virtual, Kamis (7/4/2022).
Dalam rencana holding-subholding, PLN akan dibagi menjadi tiga. PT PLN akan bertindak sebagai holding yang fokus pada pelayanan dan pemasaran kelistrikan bagi masyarakat.
Kemudian, di bawahnya akan ada subholding pembangkit listrik yang nantinya mengkonsolidasikan semua pembangkit listrik milik PLN dan segala infrastruktur turunannya.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Sementara itu subholding yang ke dua akan fokus bisnisnya di luar kelistrikan, namun dengan memanfaatkan aset-aset milik PLN, misalnya saja fiber optic untuk bisnis mobile.
Nah, khususnya subholding pembangkit, Erick mengatakan hal itu dibentuk untuk memaksimalkan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan.
Dia mengatakan, Indonesia punya sumber daya air hingga panas bumi yang bisa digunakan untuk pembangkit listrik.
"Kenapa saya dorong PLN bangun powerplant renewable? Tidak lain tidak bukan, jangan kaget dengan kekuatan alam kita, namanya air, matahari, angin, geothermal," ungkap Erick.
Potensinya pun besar, dia bilang listrik hasil energi baru terbarukan bisa saja dijual ke negara tetangga. Hal ini jadi keuntungan tersendiri untuk PLN dan juga negara.
"Kita bisa jual listrik ke negara tetangga, artinya apa mereka butuh kita. Kalau nakal ya kita bentengi aja listriknya. Ini mesti dilakukan daripada kita terus dipenetrasi," ujar Erick.
Dia menegaskan BUMN ingin membuat ekosistemnya sendiri. Semua sumber daya alam yang sekian lama tidak dimaksimalkan akan dipergunakan secara optimal.
"Kita bangun ekosistem kita sendiri eksositem Indonesia, bukan ekosistem China atau Amerika. Bagaimana hilirisasi sumber daya alam harus terjadi, sudah sekian lama kita negara besar sumber daya alamnya hanya dipakai pertumbuhan ekonomi negara lain," pungkas Erick. [Ss]