WahanaNews-Kaltara | Sembilan awak perahu nelayan asal Indonesia diperkirakan tewas usai perahu mereka terbalik di dekat Karang Ashmore, sekitar 630 kilometer dari Broome di Australia Barat.
Namun petugas penyelamat Australia berhasil menyelamatkan tiga orang dari peristiwa tersebut, setelah Otoritas Keselamatan Maritim Australia meminta kapal berbendera Singapura untuk menuju ke lokasi hari Senin (21/03).
Baca Juga:
Tangkap Ikan secara Ilegal di Labuan, Malaysia Tahan Nelayan Indonesia
Salah satu nelayan berhasil ditarik dari kapal yang tenggelam oleh petugas penyelamat PHI International, sebelum dibawa ke rumah sakit Regional Broome dalam kondisi kritis.
Damian Baxter adalah salah seorang kru penyelamat yang berbasis di Broome dan turut membantu penyelamatan pria tersebut.
"Kondisinya kritis sekali," katanya.
Baca Juga:
Lewat Penguatan SLCN, BMKG Tingkatkan Keselamatan Nelayan
"Situasinya sangat tidak menentu selama masa dua setengah jam pasien tersebut berada di dalam kapal."
Usaha penyelamatan terganggu badai tropis
Tim penyelamat PHI International melakukan usaha penyelamatan di garis pantai Utara Australia Barat.
Gordon Watt, manajer perusahaan tersebut, mengatakan usaha mereka menyelamatkan tiga nelayan asal Indonesia sangat kompleks.
"Para nelayan tersebut mungkin sudah berada di air hampir 48 jam," katanya.
"Mereka jelas kelelahan, kurang minum dan juga menderita karena keadaan saat itu."
Damian mengatakan awak tim penyelamat "sempat merasa lega" ketika nelayan yang berusia sekitar 50 tahunan tersebut berhasil diangkat dari kapal pengangkut peti kemas.
"Kami lega bisa membawanya setelah berbagai rencana persiapan logistik yang kami lakukan," katanya.
Penyelamatan berlangsung di titik yang berjarak 180 km arah barat dari Karang Ashmore di mana sedang terjadi Badai Tropis Charlotte yang melanda Samudra Hindia.
Hal tersebut mempersulit usaha penyelamatan yang melibatkan awak helikopter PHI, kapal pengangkut peti kemas asal Singapura dan pesawat yang diterbangkan dari Cairns.
"Lokasinya jauh sekali dari garis pantai, dan usaha penyelamatan itu harus dilakukan di malam hari dan melibatkan begitu banyak lembaga untuk saling berkoordinasi," kata Gordon.
Damian mengatakan bahkan ketika nelayan tersebut bisa diselamatkan, awak kesehatan yang membantu usaha penyelamatan masih mengalami kesulitan menangani korban sepanjang perjalanan ke Broome.
"Kami beruntung memiliki awak yang berpengalaman, termasuk spesialis anestesi sehingga bisa memberikan penanganan yang cukup canggih," ujarnya.
"Ada empat orang petugas di dalam pesawat dan kami bekerja keras selama masa penerbangan."
Gordon Watt mengatakan ketiga nelayan yang berhasil diselamatkan beruntung masih hidup.
"Saya kira banyak cerita mengenai mereka yang selamat dari kecelakaan, dan ini saya kira akan menjadi salah satu cerita yang hebat soal itu."
Nelayan yang diangkut kapal pengangkut peti kemas tersebut masih dalam keadaan kritis di Rumah Sakit Royal Perth, sementara dua orang lainnya menjalani perawatan di Darwin.
Badan Otoritas Keselamatan Maritim Australia sudah mengeluarkan pernyataan kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam usaha penyelamatan.
Laporan dari media lokal di Indonesia menyebutkan perahu nelayan bernama Kuda Laut ini berlayar dari Rote di Nusa Tenggara Timur hari Kamis minggu lalu dan kemudian mengalami kesulitan di laut setelah diterjang gelombang besar.
Cuaca di kawasan tersebut memang buruk karena adanya Badai Tropis Charlotte yang mulai terjadi hari Senin, namun kemudian melemah menjadi badai tropis biasa.
Pihak berwenang Australia belum lagi memberikan rincian mengenai kejadian tersebut namun wilayah perairan antara Karang Ashmore dan pantai Kimberley sudah menjadi sasaran penangkapan ikan ilegal.
Australia sudah meningkatkan patroli di kawasan tersebut dan berhasil memergoki 231 kapal antara bulan Juli-Desember tahun lalu dengan 29 kapal disita dan kemudian dihancurkan. [Ss/qnt]