WahanaNews-Kaltara| Tercatat dua megaproyek di Provinsi Kalimantan Utara kini menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Kayan dan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI).
"Setidaknya ada dua PSN di Kaltara yang kini sedang berjalan, yaitu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Kayan dan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) atau sebelumnya disebut Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) di Tanah Kuning-Mangkuadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan," kata anggota Tim Pemantau dan Evaluasi Proyek Strategis Nasional (TPE-PSN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Suheriyatna saat dihubungi Minggu.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
“Saya ingin sedikit cerita tentang KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi. Dulu di awal-awal rencana pengembangan, banyak yang pesimis. Menganggap hanya sebuah mimpi yang sulit diwujudkan. Tapi ketika itu saya dan beberapa rekan tetap punya keyakinan. Bisa! Akan bisa terwujud, ini memang mimpi, tapi Insya Allah akan jadi kenyataan,” ujarnya.
Dari situ, pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan dan Permukinan (PUPR-Perkim) Kaltara itu bersama tim dengan penuh optimisme mulai bergerak.
Maka disusunlah Rencana Detailnya atau Detail Engineering Design (DED) oleh Dinas PUPR-Perkim bersama Bappeda, dengan melibatkan tenaga ahli.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
“Kami optimistis karena melihat potensi yang begitu besar. Posisi geografis yang strategis, lahan luas, dan beberapa kondisi teknis lainnya,” kata Suheriyatna, salah satu penggagas KIPI itu.
Kerja dan terus bekerja, Suheriyatna pun terus meyakinkan Kepala Daerah saat itu. Untuk selanjutnya dibutuhkan dukungan dari pusat.
"Karena jika mengandalkan pemerintah daerah tidak mampu. Apalagi Kaltara saat itu baru saja terbentuk.
Maka, bergeraklah ke pusat, beberapa kali melakukan audiensi ke kementerian terkait," ujarnya.
Utamanya dengan Menteri Koordinator Kemaritiman (sekarang bernama Menko Maritim dan Investasi). Juga ke Bappenas bahkan dengan Presiden.
Bak gayung bersambut, Pemerintah pun turut yakin, potensi Kaltara yang begitu besar dapat mewujudkan KIPI menjadi kawasan industri yang besar.
Seiring dengan berjalannya waktu, melalui sinergi yang apik KIPI masuk bagian dalam program OBOR (one belt and one road). Sebuah program investasi kerja sama Indonesia dengan Tiongkok.
Hal ini dilakukan, karena perlunya dukungan investasi besar untuk pengembangan kawasan industri. Dari itu, banyak investor masuk dan berminat. Sebagai pendukung, pemerintah juga akan membangun sumber energi berupa PLTA. Energi hijau yang murah dan ramah lingkungan.
“Kenapa perlu sumber energi? Sebuah kawasan industri sangat membutuhkan listrik yang besar. Sangat sulit mewujudkan industri kalau tidak ada listrik. Jadi sangat pas dengan dibangunnya PLTA,” ujarnya.
Hingga akhirnya bukan lagi sekedar mimpi, tapi kini telah mendekati menjadi kenyataan. Pada 21 Desember 2021 lalu, Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan kawasan industri tersebut.
Ini akan menjadi kawasan industri hijau terbesar dunia, bukan Kalimantan Utara, bukan Indonesia, tapi dunia. Kawasan industri hijau ini dibangun melalui kerja sama sejumlah investor dari dalam dan luar negeri seperti Tiongkok dan Uni Emirat Arab.
Pembangunan kawasan industri hijau ini, merupakan bagian dari upaya transformasi ekonomi Indonesia. Dari produsen bahan mentah menjadi penghasil barang setengah jadi dan barang jadi.
Sebuah harapan besar untuk masyarakat Kaltara. Bahkan rakyat Indonesia. Suheriyatna kembali meyakinkan, ini bukan sekedar mimpi. Namun akan tetap menjadi mimpi jika tidak dilakukan dengan kerja keras.
Tak hanya menggagas hingga berhasil meyakinkan pemerintah, Suheriyatna bertekat akan terus mengawal hingga benar-benar terwujud.
Melalui banyak jalan, untuk memajukan Kaltara, Bumi Benuanta di perbatasan ujung utara Indonesia.
Selain mengawal terwujudnya mega proyek di Kaltara.
Bahkan, Suheriyatna memberikan masukan kepada Bupati Kabupaten Tana Tidung (KTT) Ibrahim Ali. Untuk membangun kawasan industri di kabupaten termuda di Kaltara ini.
Gagasan ini disampaikan Suheriyatna saat bertemu Ibrahim Ali, beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan itu, Bupati yang didampingi jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KTT berdiskusi bersama. Terkait strategi pengembangan pembangunan infrastruktur di Kaltara, khususnya KTT.
“KTT memiliki banyak potensi. Sebagai daerah baru, diperlukan strategi prioritas yang akan menjadi pengungkit ekonomi,” ungkap Suheriyatna.
Salah satu strateginya, menghadirkan investasi. Untuk dapat mengundang investasi, dengam membuat kawasan industri.
“Meski sudah ada kawasan industri yang akan dibangun di Tanah Kuning-Mangkupadi, bukan berarti tertutup peluang di daerah lain di Kaltara,” ujar Bang Yatna--demikian sapaan akrabnya.
Dia pun mengusulkan gagasan dibangun Kawasan Industri di Bebatu, KTT. Daerah ini dinilai strategis untuk menjadi kawasan industri. Sejalan dengan Kawasan Industri Tanah Kuning-Mangkupadi yang berbasis Industri Metal dan Logam di Kabupaten Bulungan .
Sesuai Perpres Nomor 109 Tahun 2020, maka untuk kawasan industri Bebatu di KTT ini, sangat cocok dikembangkan menjadi Kawasan Industri (KI) berbasis Agroindustri.
Di mana, dapat menampung hasil produk petanian dan perkebunan untuk diproduksi menjadi produk turunan atau olahan yang siap ekspor.
“Ada banyak area perkebunan di Malinau, Nunukan, Bulungan dan KTT. Ini potensi besar, untuk bisa dibangun industri sendiri,” tutur Bang Yatna.
Sedangan untuk kebutuhan energi dapat diperoleh dukungan dari PLTA Sei Kayan, atau Malinau melalui PLTA Sei Mentarang. Yang telah berprogres dukungan dari Pemerintah Pusat.
“Sekarang tinggal bagaimana pemerintah daerah menindaklanjuti. Siapkan lahan, buat perencanaan, lakukan studi. Selanjutnya usulkan ke pusat. Kalau sinergi terbangun, saya yakin itu akan terwujud,” tegas Bang Yatna.
Selain kawasan industri di KTT, Suheriyatna mengatakan, ada hal lain yang sangat menarik untuk KTT. Yaitu bisa menjadi salah satu rule model Hutan Mangrove untuk Regional Kalimantan. Yang sudah disetujui dan akan dicanangkan Presiden Jokowi melalui Kementerian LHK.
“Saya support dan salut untuk KTT sebagai kabupaten terdepan yang berbasis Agroindustri dan Kelautan,” tutupnya.[ss]