“Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," kata Baird.
Walau begitu, standar emas pengujian Covid19 yakni dengan tes PCR atau juga dikenal sebagai pengujian molekuler, ungkap pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall, Ph.D. Namun, tes antigen bisa sama sensitifnya dengan tes PCR ketika seseorang mengalami gejala.
Baca Juga:
WHO Kaji Potensi Obat Tradisional China untuk Pengobatan Covid-19
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, meskipun spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi. "Secara umum, untuk semua tes diagnostik, semakin rendah prevalensi infeksi di masyarakat, semakin tinggi proporsi hasil tes positif palsu,” ungkap CDC. [Ss]