WahanaNews-Kaltara | Pasukan Inggris yang dikirim untuk membantu melatih tentara Ukraina segera meninggalkan negara itu pada akhir pekan ini. Rencana itu diumumkan Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, James Heappey, sambil memperingatkan bahwa Rusia dapat melancarkan serangan "tanpa pemberitahuan".
Heappey mengatakan sejumlah kecil personel Inggris yang dikirim untuk melatih pasukan Ukraina tentang rudal anti-tank akan ditarik, di samping sekitar 100 orang membantu pelatihan pasukan yang lebih luas sebagai bagian dari Operasi Orbital.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Inggris, sama dengan semua sekutu NATO lainnya, telah mengatakan tidak akan berperang menghadapi serangan Rusia, poin yang diulang oleh Heappey dalam wawancara dengan BBC. Ukraina bukan anggota NATO, meskipun pada 2008 diberi janji bahwa suatu hari nanti bisa bergabung.
“Tidak akan ada pasukan Inggris di Ukraina jika ada konflik di sana,” kata Heappey.
"Mereka akan pergi selama akhir pekan," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (13/2/2022).
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Evakuasi militer mengikuti serangkaian peringatan, yang dipimpin oleh AS tetapi didukung oleh Inggris, bahwa Rusia telah mengumpulkan kekuatan yang mampu menyerang Ukraina. Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, mengatakan pada Jumat malam: “Kami berada di jendela ketika invasi dapat dimulai kapan saja.”
Intelijen Barat mengkhawatirkan skenario yang paling mungkin, jika terjadi konflik, adalah bahwa pasukan Rusia akan melancarkan serangan kilat yang ditujukan untuk mengepung Kiev, sebuah kota berpenduduk lebih dari 3 juta orang, dan mencoba memaksa perubahan rezim.
Sebagai langkah pertama, pasukan Moskow akan bertujuan untuk secara cepat menurunkan militer Ukraina dalam serangan kilat.