"Program inkubasi dan kolaborasi startup ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan teknologi, dan pengembangan model bisnis yang lebih berkelanjutan," ungkapnya.
Hartanto menambahkan, bagi para peserta Connext yang telah lolos seleksi akan menjalani masa inkubasi hingga Oktober 2023. Adapun, fasilitas yang didapatkan inkubasi startup, antara lain proses diagnosa agar startup bisa mencapai product-market fit, mengadakan group coaching dengan para mentor secara hybrid, serta ada sesi mentoring antara mentor dengan startup secara daring.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Kegiatan ini terdiri dari, diagnosa sektor bisnis dan perusahaan startup secara daring, sesi one on one dengan coach untuk fokus membahas kolaborasi strategi produk, tim, teknologi, skill bisnis, dan marketing. Nanti pada puncak acara atau demo day, dimana para peserta akan mempresentasikan ide produk yang akan dikolaborasikan dengan ekosistem PLN," tambahnya.
Selepas dari program inkubasi, para peserta startup diharapkan sudah siap untuk mengeksplorasi lebih lanjut kesiapan produk dan layanannya untuk bersinergi dengan ekosistem PLN.
"Melalui program inkubasi dan kolaborasi bersama dengan startup terpilih, kami berharap upaya ini mampu menciptakan sinergi untuk mendukung pengembangan teknologi dan model bisnis yang lebih inovatif serta berkelanjutan dalam sektor energi kelistrikan," ungkap Hartanto.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Program Connext ini fokus berkolaborasi dengan startup yang berada di sektor bisnis consumer dan berhubungan dengan energi seperti ekosistem kendaraan listrik, pengoptimalan bisnis dengan teknologi kelistrikan (khususnya untuk sektor teknologi agrikultur, teknologi food and beverages, cold chain, dan manufaktur), energi hijau, dan model shared-economy (pergudangan dan stasiun pengisian listrik kendaraan).
Adapun keempat startup terpilih memiliki perkembangan bisnis masing-masing. Fresh Factory misalnya, perusahaan rintisan ini bergerak di bidang bisnis online food & groceries dengan layanan cold storage atau manajemen penyimpanan makanan dan bahan makanan beku, serta layanan pemilihan produk, pengemasan produk, hingga pengiriman produk ke pelanggan via kurir.
Sedangkan, Kanggo merupakan startup di bidang on demand services untuk membantu perbaikan bangunan konsumen dengan mudah, cepat dan nyaman melalui satu aplikasi. Pekerjaan perbaikan bangunan dilakukan oleh tukang terkualifikasi sehingga Kanggo secara aktif membantu para pekerja profesi tukang untuk berkompetisi di era digital.