”Program Co-Firing Biomassa ini spesial, karena berbasis kerakyatan. Saat ini mayoritas Biomassa berasal dari olahan sampah atau limbah. Karena kebutuhannya sangat besar kami mengajak masyarakat ikut terlibat di dalamnya,” ucap Iwan Agung.
Iwan menjelaskan, pengolahan Biomassa ini telah menyerap 40 tenaga kerja lokal di Sambas Kalimantan Barat. Ia pun optimis, program Co-Firing jenis lain yang digagas akan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara masif dan mengurai permasalah sampah yang banyak terjadi di berbagai daerah.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
“Ada 40 orang yang terlibat dalam produksi pellet tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga dengan biomassa jenis lainnya. Semoga ini jadi awal yang baik karena selama ini mungkin tandan kosong menumpuk di kebun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan,” lanjut Iwan.
penggunaan Co-Firing Biomassa merupakan salah satu langkah menurunkan emisi karbon mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Melalui teknologi Co-Firing ini, PLN bisa mendapatkan beberapa manfaat sekaligus. Menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU, meningkatkan bauran energi yang ramah lingkungan hingga akhirnya mencapai tujuan nasional Net Zero Emission (NZE) pada tahu 2060 atau lebih cepat,” tutup Iwan.[ss]