Presiden Joe Biden berpartisipasi dalam KTT virtual AS-ASEAN pada Oktober lalu, berjanji untuk memperdalam kerja sama dengan blok tersebut. AS sebelumnya telah menyuarakan dukungan untuk beberapa negara ASEAN dalam ketegangan dengan China di Laut China Selatan, rute perdagangan utama yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Sementara itu, Global Times dalam sebuah opini mengatakan kunjungan Blinken ke Asia Tenggara "gagal mengubah keseimbangan di kawasan ini".
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
“Negara-negara ini pandai menjaga keseimbangan antara China dan AS, dalam arti tidak sepenuhnya bergantung pada China atau AS, yang merupakan karakteristik kebijakan luar negeri di banyak negara di kawasan ini,” kata Gu Xiaosong, pakar di ASEAN Research Institute of Hainan Tropical Ocean University, kepada Global Times.
Pada hari Minggu, AS, Australia dan Jepang juga mengumumkan upaya untuk mendanai kabel bawah laut untuk meningkatkan akses internet di tiga negara Pasifik kecil Nauru, Kiribati dan Negara Federasi Mikronesia.
Kunjungan Blinken ke Asia Tenggara terjadi kurang dari seminggu setelah AS, Kanada, dan Australia mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah China, termasuk perlakuan terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 RI di Kota Surakarta
AS menuduh China melakukan genosida terhadap warga Uighur–tuduhan yang dibantah oleh pemerintah China. China menolak boikot diplomatik sebagai "manipulasi politik" yang bertentangan dengan semangat Olimpiade.
China menolak awal tahun ini atas upaya bersama AS dan Inggris untuk memasok Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir.
Beijing juga menyuarakan keprihatinan tentang upaya Biden untuk memperkuat aliansi Quad dengan India, Jepang dan Australia setelah Gedung Putih menjadi tuan rumah pertemuan puncak pada bulan September.
Di tengah banyak titik ketegangan ini, Biden bulan lalu mengadakan pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping, menyerukan untuk mengelola ketidaksepakatan sambil bekerja sama untuk kepentingan bersama dengan Beijing.