Arkeolog sebelumnya menemukan okre di Afrika dan Eropa digunakan pada periode 300 ribu tahun lalu, sementara di Australia mulai dipakai pada 50 ribu tahun lalu, menurut Francesco d'Errico, Direktur Peneliti CNRS di Universitas Bordeaux.
"Namun bukti-bukti okre yang ditemukan di Asia sebelumnya (digunakan pada periode 28 ribu tahun lalu), sangat-sangat jarang," kata d'Errico.
Baca Juga:
Penemuan Baru: Kemungkinan Kehidupan Alien di Kutub Utara Merkurius
Namun peneliti masih belum memastikan penggunaan okre ini apakah sebagai perekat, atau untuk melukis, baik batu ataupun tubuh manusia. Hanya saja, ada dua batu okre yang ditemukan yang memiliki kandungan pigmen berbeda.
Selain okre, penemuan perkakas litik seperti pisau berukuran kecil juga memantik banyak sorotan. Sebelumnya, artifak ini menyebar di wilayah China sekitar 29 ribu tahun lalu.
Artifak yang ditemukan Xiambei kini diduga menjadi "asal muasal" atau akar dari perkakas yang muncul di kemudian hari.
Baca Juga:
Ilmuwan: Februari 2024 Tercatat Sebagai Bulan Terpanas
Meski demikian, tim peneliti sendiri belum bisa dengan jelas menyimpulkan, apakah Homo Sapiens atau Neanderthals atau Denisovans yang pernah tinggal di sana dan meninggalkan artifak-artifak tersebut.
"Dibutuhkan Eskavasi lanjutan di situs purbakala tersebut untuk membantu kita untuk mengungkap teori evolusi," kata Yang. [Ss]