Apalagi cokelat dari rumah produksi Desa Pejalin di Bulungan, Kalimantan Utara, memiliki cita rasa yang unik dan berbeda dari cokelat pada umumnya.
Cokelat dari Bulungan memiliki rasa pahit yang seimbang dengan rasa manisnya.. Teksturnya pun sangat halus dan lumer di mulut, membuat setiap gigitan, terasa begitu istimewa.
Baca Juga:
Harga Kakao Non Fermentasi di Sultra Naik Rp125.000 per Kilogram
“Saya sangat terkesan dengan kualitas cokelat ini, yang dihasilkan dari kakao lokal Bulungan. Cokelatnya sangat terasa, berbeda dengan cokelat produksi industri modern,” ujar Dedi Suhendar, salah seorang penikmat cokelat Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu produsen cokelat terbaik di dunia.
Dengan adanya rumah produksi, para petani kakao Bulungan diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk dan nilai jual produk mereka sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang lebih layak.
Keberhasilan rumah produksi dalam menghasilkan cokelat yang berkualitas mencerminkan harapan besar akan dampak positif dari hilirisasi produk kakao di Bulungan. Para petani diharapkan semakin termotivasi dan bersemangat untuk mengembangkan sektor pertanian, khususnya tanaman-tanaman bernilai ekonomi tinggi lainnya seperti kopi lokal Kalimantan Utara.
Baca Juga:
Harga Kakao Kering di Lebak Naik, Petani Raup Rp60 Ribu per Kilogram
Generasi muda diharapkan tak lagi memandang sektor pertanian sebelah mata. Lahan yang luas di Bulungan menjadi potensi besar untuk pengembangan tanaman-tanaman tersebut. Dengan pola pikir yang tepat, generasi muda dapat menjadi motor penggerak kemajuan sektor pertanian di Bulungan.
Hilirisasi produk kakao di Bulungan merupakan contoh nyata bagaimana sektor pertanian dapat menjadi sumber peluang dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hilirisasi kakao menjadi produk cokelat berkualitas, telah memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.
[Redaktur: Patria Simorangkir]