Beberapa di antaranya, menurunkan ketergantungan dari bahan bakar fosil, mengurangi emisi, meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi, dan meningkatkan ketahanan energi sebab memakai energi domestik yang menjadi potensi negara Indonesia.
"Kami sangat memahami kondisi dilematis, jika ingin harga listrik yang murah masih berbasis energi kotor. Tetapi seiring berjalannya waktu saat ini pembangkit berbasis energi bersih makin murah dan ini menjadi landasan kuat kami melakukan perubahan," ucapnya.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Tak hanya itu, lanjut Darmawan, PLN membuka kesempatan bagi mitra yang memiliki teknologi yang telah terbukti dan terjangkau untuk menggantikan PLTD tersebut.
"Kita unlock semua teknologi baterai sebagai cadangan daya. Kita undang semua potensial partner untuk partisipasi. Kompetisi ini untuk bisa mendrive harga yang lebih murah dari energi bersih," katanya.
Untuk mencapai target Carbon Neutral 2060, PLN telah menyiapkan beberapa langkah strategis.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Pertama, PLN akan mengembangkan pembangkit EBT sesuai RUPTL 2021-2030, dengan target penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW dan bauran EBT sebesar 24,8 persen pada 2030.
Di samping itu, PLN akan terus mengoptimalisasi penerapan co firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga mencapai kapasitas 1,8 GW.
Hingga saat ini, cofiring biomassa telah diimplementasikan di 28 lokasi dari target 52 lokasi tahap implementasi pada 2025.
Terakhir, PLN akan mulai memensiunkan PLTU secara bertahap hingga 2056. Rencananya, 1 GW PLTU subcritical akan mulai dipensiunkan mulai 2030.