Selanjutnya, 19 GW sub/supercritical pada 2040, dan 23 GW ultra super critical di 2056.
Sebagai upaya pencapaian Net Zero Emission, PLN juga menggandeng The Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia untuk pengembangan kajian pengelolaan perubahan iklim.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sedangkan, dalam peningkatan riset dan sumber daya manusia, PLN menggandeng Energy Academy Indonesia (ECADIN ).
Adapun kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan MoU dengan DFAT yang diwakili oleh Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto bersama Tim Stapleton Minister-Counsellor Economic, Investment and Infrastructure DFAT.
Sedangkan bersama ECADIN, Yusuf menandatangani MoU dengan Desti Akano, Founder ECADIN.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Sementara itu, Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak dan Gas Kementerian BUMN Abdi Mustakim mengapresiasi peran PLN dalam pengurangan emisi.
Ia menilai dari seluruh BUMN, PLN menjadi ujung tombak dalam pengurangan emisi nasional.
"PLN memiliki peran penting dalam penurunan emisi, khususnya di lingkup BUMN," paparnya.