Saya sering menulis Rosihan Anwar adalah sebaik - baik wartawan. Sangat produktif. Kapasitas memorinya sangat besar tak terbatas. Dia adalah Big Data sesungguhnya. Asli. Bukan Big Data Luhut Binsar Panjaitan. Andai saja Tuhan memberi Pak Ros usia panjang, hidup hingga satu abad, niscaya Pak Ros akan ikut " pertarungan seru di media sosial yang luas " halamannya" seluas samudera, tak terbatas, demi menyalurkan kegelisahannya sebagai jurnalis.
Informasi Pak Ros pertama kali masuk RS MMC saya upload sore itu di twitter setelah diberitahu Indro Warkop dan berbicara langsung dengan beliau. Info itu segera disambung dengan "retweet" oleh berbagai pihak, selanjutnya berkembang viral di berbagai media online. Sejumlah televisi menyiarkan di running text. Keluarga dan pihak RS terkejut karena kurang setengah jam sejak saya upload, RS MMC diserbu "sejuta umat" insan media. Keluarga sempat cemas, mereka menghubungi saya. Saya menenangkan. Itu hal wajar saja. Pak Ros bukan hanya milik keluarga, bukan hanya milik pers, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia. Wartawan berhak memberitakan. Pihak RS juga berhak melarang wartawan masuk di RS. Jalan keluarnya, sata minta keluarga menemui dan memberi keterangan kepada wartawan. Selama dirawat, RS melarang Pak Ros dibesuk.
Baca Juga:
Masinton Ajak RRI Eksplor Tapteng Sebagai Pusat Peradaban Nusantara
Tapi suatu sore, saya dan rekan Marah Sakti bisa "lolos" membesuk beliau. Dokter memergoki kami. Ia memeringatkan supaya jangan lama-lama. Pak Ros yang menyahuti dokter itu. " Tidak apa-apa, dia anak saya" menunjuk kami. Sore itu Pak Ros bersemangat sekali menceritakan telah berhasil merampungkan buku kisah Pak Ros dengan almarhum istrinya, Ibu Hj. Zuraida sebelum diopname. Lalu, masuk topik kedua. Dia "mengusut" bagaimana cara saya menyampaikan informasi yang begitu cepat viral. Saya menjelaskan memang begitulah fenomena media sosial. Pak Ros pun tertarik lebih jauh menyelami ketika saya mengatakan media sosial tidak butuh birokrasi berbelit-belit untuk menyampaikan informasi. Tidak seperti karakter media konvensional yang tentu sudah puluhan tahun dialaminya.
" Wah saya juga mau coba. Ajarin yah setelah sembuh nanti," ucapnya.
Itu alasan saya mengatakan, andai diberi umur panjang, hidup seabad, niscaya Pak Ros akan unggul di media baru itu. Pengalaman dan peralatannya paling lengkap.
Baca Juga:
Disorot Terkait Kasus Limbah B3, Ini Sejarah hingga Penghargaan yang Diraih RSU Bethesda Gunungsitoli
Dia sudah turut menproduksi film bersama Usmar Ismai di Perfini pada tahun 1950 an. Jauh sebelum talkshow tumbuh menjamur di media televisi swasta, Pak Ros sudah pernah punya slot talkshow dan menjadi host di acara yang disiarkan TVRI.
Bayangkan Pak Ros punya semacam podcast atau kanal di Youtube yang ditangani secara kreatif dan produktif. Tamu tamunya atau lawan bicaranya seluruhnya adalah tokoh pengambil keputusan di negeri ini, yang digilir tampil tiap hari atau tiap minggu.
Melbourne, 11 Mei 2022.