Masyarakat nelayan di Desa Tepian kebanyakan menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap bernama bubu yang yang bentuknya bulat memanjang terbuat dari bambu. Bila siang hari mencari ikan, maka malam hari beraktivitas membuat bubu atau menganyam dari rumput untuk dibuat tikar.
Mengolah hasil tangkapan
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
Adanya penerangan di Desa Tepian membuat masyarakat menjadi lebih kreatif untuk memanfaatkan fasilitas penerangan dari tenaga surya. Sekarang mereka biasa membuat es batu untuk mempertahankan kesegaran hasil tangkapan seperti ikan dan udang.
“Kalau dulu hasil tangkapan mereka berupa ikan dan udang, jika sudah malam belum bisa dibawa ke Tarakan untuk dijual, dan tidak menggunakan es batu. Tapi sekarang mereka sudah banyak memiliki lemari untuk menyimpan ikan dan udang serta membuat es batu,” katanya.
Saat mau dijual dijual ke Tarakan, hasil tangkapan berupa ikan dan udang masih segar dan harga bisa meningkat. Hasil udang dari Desa Tepian memiliki ukuran lumayan besar yang dijual ke Tarakan untuk diekspor ke Malaysia.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Jakarta Pusat Perbanyak PLTS Atap untuk Konservasi dan Efisiensi Energi
Selain itu, hasil ikan dan udang bisa dijadikan makanan olahan seperti nuget, sosis, bakso dan kerupuk yang mereka jual ke Tarakan. Masyarakat lebih kreatif dengan mengolah ikan dan udang menggunakan blender untuk menghaluskan.
Tidak hanya hasil tangkapan udang dan ikan yang dijadikan makanan olahan. Di Desa Tepian yang juga banyak menghasilkan buah pepaya yang dulunya hanya untuk dikonsumsi langsung. Selama ini hasil pepaya yang lumayan banyak, terkadang tidak terlalu bernilai harganya.
Namun dengan adanya listrik tenaga surya, warga memanfaatkannya dengan membuat saus pepaya yang dihaluskan dengan blender listrik. “Saus pepaya ini rasanya enak apalagi dimakan sama nuget udang dan nuget ikan,” kata Abrar.