Kemudian adanya listrik tenaga surya tersebut secara signifikan menurunkan kasus angka stunting atau tengkes di Desa Tepian. “Kalau dulu ada delapan anak yang mengalami stunting, tapi sekarang tidak ada lagi kasus stunting sudah zero stunting,” katanya.
Hal ini, dampak dari adanya listrik dari energi surya, kalau dulu warga mengeluarkan uang sebesar Rp20.000,- sampai Rp30.000,- untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk genset penerangan tiap hari. Uang tersebut saat ini sudah dapat digunakan warga untuk membeli makanan sehat serta susu untuk anak – anak mereka.
Baca Juga:
PLN Wujudkan Cita-Cita Terangi Tiga Desa di Barito Timur Kalimantan Tengah
Saat ini, warga yang menggunakan panel surya hanya membayar Rp50.000,- perbulan yang masuk dananya ke Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) adalah badan usaha yang dikelola desa. Bumdes memiliki peran dalam meningkatkan layanan umum mengoptimalkan aset desa dalam hal ini PLTS komunal dan panel surya di Desa Tepian.
Selain itu, adanya listrik tenaga surya membuat warga Desa Tepian melihat dunia dengan adanya jaringan internet, karena sudah adanya tower yang didirikan oleh salah satu di Indonesia.
Energi surya jadi pelita
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
Penggunaan PLTS di Tepian menjadi pelita karena bermanfaat ini daerah terpencil ini yang memiliki penduduk 300 Kepala Keluarga yang terbagi dua kampung yakni Tepian dan Tujung. Walaupun lama listrik hidup baru sampai jam 12 malam.
Kepala Desa Tepian Nurdiansyah mengatakan dengan adanya iuran dari warga tiap bulan sebesar Rp50.000,- cukup membantu, karena untuk membantu pemeliharaan, membayar teknisi, penagihan yang semuanya ada empat petugas.
Dia mengungkapkan bahwa saat ini meskipun penggunaan PLTS masih belum maksimal dengan daya 750 watt untuk tiap KK. Namun masyarakat di Desa Tepian sangat bersyukur, dibanding sebelum masuknya PLTS komunal.