Daerah lainnya, di area Sabanar, Buluh Perindu, Jalan Imam Bonjol, Jalan Cik Ditiro, dan Jalan Semangka atau area di belakang Markas Komando Resor Militer Maharajalila.
Selain di Kabupaten Bulungan, beberapa desa di Kabupaten Nunukan juga terdampak luapan air Sungai Sembakung, antara lain Kecamatan Lumbis, Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis Pansiangan, dan Lumbis Ogong.
Baca Juga:
Kolaborasi Pembangunan IKN: Pemerintah Kaltim dan Kaltara Sinergi dalam Kemitraan
Camat Sembakung Ridwan mengaku luapan air Sungai Sembakung Kabupaten Nunukan akibat curah hujan dengan intensitas tinggi di hulu sungai.
Daerah Sembakung ini hampir 200 km perjalanan darat ke arah utara dari Tanjung Selor, Ibu Kota Kaltara.
Dari 13 desa di Kecamatan Sembakung yang sebagian besar rawan banjir, antara lain Desa Tagul, Atap, Manuk Bungkul, Lubakan, Tujung, Pagar, dan Labuk, sedangkan di Kecamatan Sembakung Atulai, yakni Desa Pulau Keras, Liuk Bulu, Binanun, Sabuluan, Lubok Buat, dan Katul.
Baca Juga:
Dirjen Otda sebut Kaltara Daerah Otonomi Baru Berkembang Paling Pesat
Banjir juga menerjang beberapa kawasan di Kabupaten Malinau akibat luapan air Sungai Sesayap, dengan terparah di Desa Belayan Malinau Utara, karena air masuk rumah warga dengan ketinggian hingga pinggang orang dewasa.
Persoalan saat ini, banjir di provinsi dengan luas 71.827 km2 --hampir setara gabungan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat itu-- tidak lagi siklus tahunan.
Berdasarkan penuturan para orang tua yang puluhan tahun hidup di bantaran sungai-sungai besar itu, banjir besar dulunya berdasarkan siklus 10 tahun, lima tahunan, dan kemudian satu tahun.