Catatan BPBD Nunukan pada 2021 juga terjadi banjir meski skala lebih kecil dengan kerugiannya jauh lebih kecil, yakni Rp5 miliar.
Kerugian banjir 2022 ini diperkirakan sama seperti 2017 atau sekitar Rp60 miliar.
Baca Juga:
Kolaborasi Pembangunan IKN: Pemerintah Kaltim dan Kaltara Sinergi dalam Kemitraan
Salah satu faktor penyebab sehingga terjadi fenomena --banjir tidak lagi mengikuti siklus tahunan-- diperkirakan akibat terjadi pada gangguan ekosistem atau faktor ekologis
Hal itu, diakui juga oleh Pangiran Eddy, bahwa salah satu indikasi terjadi kerusakan lingkungan adalah air Sungai Sembakung yang dulu memiliki air jernih saat musim kemarau saat ini selalu berlumpur.
Tingginya sedimentasi sungai-sungai besar akibat kerusakan hutan di pedalaman.
Baca Juga:
Dirjen Otda sebut Kaltara Daerah Otonomi Baru Berkembang Paling Pesat
Perubahan lingkungan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan sawit skala luas, aktivitas perhutanan dan pertambangan adalah faktor penyebab Kaltara kini kian rawan banjir.
Solusi banjir
Menghadapi ancaman banjir berulang-ulang itu, Pemkab Nunukan sudah berupaya mencari solusi dengan beberapa rekomendasi. Sebagian rekomendasi juga telah menjadi kebijakan Pemkab Nunukan dan pemerintah pusat dalam upaya mengatasi banjir di Sembakung.