Dari 116 keluarga Desa Data Dian lebih dari 50 keluarga berladang tepat di pinggir Sungai Iwan dan Sungai Kayan. Data Dian memulai musim tanam serentak pada 19 Agustus setiap tahunnya. Setelah masing-masing keluarga memulai musim tanam, dilanjutkan dengan gotong royong untuk menyelesaikan seluruh lahan perladangan ditanami padi.
“Kami sedang bergotong royong menyelesaikan masa tanam padi, tapi hujan deras yang turun beberapa hari ini, kita tidak bisa ke ladang, dan sayangnya lagi yang sudah selesai ditanam juga terendam banjir,” kata Trim.
Baca Juga:
16 Desa di Aceh Barat Terendam Banjir, Air Capai 50 Sentimeter
Tahun lalu, warga berladang di seberang perkampungan. Selesai panen bulan Februari lalu, warga menyepakati untuk ladang 2023 dibuat di pinggir Sungai Iwan, agak ke wilayah hulu.
Dulu, pinggir Sungai Iwan adalah perkampungan Suku Kayak Umak Leken. Hanya, sejak terbentuk Desa Data Dian, warga di Sungai Iwan bergabung ke Data Dian. Dengan jarak tempuh satu jam naik ketinting ke arah hulu.
Sejauh ini warga desa belum mengambil sikap dengan ladang yang terendam tersebut. Mereka masih fokus berjaga meluapnya air di permukiman. Mengulang ladang kembali cukup berat untuk dilakukan, mengingat proses penyiapan lahan untuk menanam padi ini cukup panjang.
Baca Juga:
BPBA Lapor Dua Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir Setinggi 1,2 Meter
Anomali cuaca yang terjadi juga berdampak kepada masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai Malinau. Di Desa Metut, Kecamatan Malinau Selatan Hulu, misalnya. Mereka belum bisa mempersiapkan musim tanam yang akan dimulai September depan.
“Kami sudah mempersiapkan ladang untuk menanam padi sejak bulan Juni. Kami sudah menebas, menunggu saat yang tepat untuk membakar, tapi itu belum bisa dilakukan karena hujan terus. Biasanya kita persiapan ladangnya selesai di Agustus sehingga September mulai bertanam,” kata Kamilus, Kepala Desa Metut.
Kebingungan warga dengan siklus musim yang tidak bisa diprediksi lagi. Akan tetapi musim tidak lagi sama dan penyiapan ladang pun tidak selesai.